FMM merupakan Tarekat Internasional yang saat ini menyebar di 5 benua, 71 negara, dengan jumlah kurang lebih 4.500 suster. Meskipun berasal dari latar belakang budaya yang sangat beragam, setiap FMM memilih untuk membangun hidup bersama dalam iman dan dalam persaudaraan internasional “bersama saudari-saudari pemberian Tuhan.”
Tarekat FMM Didirikan oleh Beata Marie de la Passion. Ia Lahir dengan nama Hélène Marie Philippine de Chappotin de Neuville, pada tanggal 21 Mei 1839, di Nantes, perancis dari keluarga bangsawan Charles de Chappotin (ayah) dan Sophie Galbaud du Fort (Ibu). Helene lahir dalam keluarga Katolik yang sangat menghayati iman dan menaruh hormat mendalam kepada Paus dan Gereja. Sejak kanak-kanak kecintaan dan perhatiannya kepada orang-orang miskin dan terpinggirkan sudah tampak dalam sikap hidupnya. Demikian juga pandangannya akan misi dan evangelisasi ke tempat-tempat yang jauh, terlebih bagi mereka yang belum mengenal Kristus, telah menjadi perhatiannya.

Panggilan
Ketertarikannya akan hidup religius berawal dari pengalamannya akan Allah saat ia berusia 17 tahun dalam sebuah retret, dimana gambarannya akan Allah Penghukum diubah menjadi Allah yang adalah Kasih.
Panggilan hidup fransiskan terbuka dihadapannya, pada saat ia memohon bimbingan dari Uskup Nantes, Mgr. Jaquemet yang kemudian mengarahkannya untuk masuk biara Klaris di Nantes. Diterima sebagai postulan pada tanggal 9 Desember 1860. Di biara Klaris inilah, pada tanggal 23 Januari 1861, Hélène kembali mengalami sentuhan Allah, saat ia mendengar suara : « bersediakah engkau untuk disalibkan sebagai pengganti Bapa Suci? » dan kemudian sebuah nama diberikan kepadanya “sebagai persembahan dirinya” : « Maria Kurban Yesus dan Yesus yang Tersalib ». Sebuah pengalaman mistik yang akan menandai seluruh perjalanan hidupnya dan perjalanan Tarekat. Suatu panggilan untuk mempersembahkan diri sebagai kurban bagi Gereja dan jiwa-jiwa. Karena sakit, Helene harus meninggalkan biara Klaris yang sangat dikasihinya.
Namun ia tidak putus asa. Atas bimbingan Pater Petit, SJ, ia diarahkan untuk masuk Serikat Maria Reparatrice. Sebuah Serikat baru yang menghayati spiritualitas Ignasian. Tanggal 15 Agustus 1864, Hélène menerima jubah religius dan menerima nama baru : “Marie de la Passion.” Masih sebagai novis, tanggal 19 Maret 1865, ia diutus ke Madurai, India.
Beata Marie de la Passion, Pendiri Tarekat Fransiskan Misionaris Maria
Marie de la Passion berangkat ke Roma untuk menjelaskan keadaan para religius di Ootacamund. Tanggal 6 Januari 1877, Paus Pius IX mengizinkan pendirian Tarekat baru dengan nama Misionaris Maria.
Marie de la Passion berangkat ke Roma untuk menjelaskan keadaan para religius di Ootacamund. Tanggal 6 Januari 1877, Paus Pius IX mengizinkan pendirian Tarekat baru dengan nama Misionaris Maria. Masih dalam status keuskupan, di wilayah Vikariat Apostolik Coïmbatour, di bawah tanggung jawab Mgr. Bardou. Untuk menggenapi cita-cita dan orientasi Tarekat akan misi universal, pada bulan April 1877, komunitas pertama dibuka di Eropa, tepatnya di Keuskupan St. Brieuc, Perancis. Komunitas ini menjadi cikal bakal pembinaan misionaris-misionaris muda yang siap diutus ke seluruh dunia.
Pada tahun 1882, Marie de la Passion kembali ke Roma untuk memastikan masa depan Tarekat. Salah satunya adalah memastikan masa depan rohani Tarekat kepada salah satu Ordo besar Gereja. Tanggal 4 Oktober 1882, pada peringatan 7 abad kelahiran St. Fransiskus dari Assisi, Marie de la Passion diterima ke dalam Ordo Ketiga Reguler Fransiskan. Dan pada tanggal 15 Agustus 1885, sebuah Dekrit dari Takhta Suci menempatkan Tarekat dibawah bimbingan penuh Minister General OFM dan pada tahun 1890, resmi menjadi Kongregasi Kepausan.
Marie de la Passion wafat pada tanggal 15 November 1904 di San Remo Italia. Saat itu tarekat memiliki kurang lebih 2000 Suster yang tersebar di 88 komunitas di 24 negara. Beatifikasi Marie de la Passion oleh Paus Yohanes Paulus II, pada tanggal 20 Oktober 2002.
ORANG KUDUS FMM
- Ketujuh Martir FMM
Demi misi dan resiko-resikonya, Marie de la Passion menghendaki agar para FMM siap sedia dan kuat dalam iman, siap meninggalkan segala sesuatu, pergi kemanapun diutus, apapun negara, budaya, agama, dan latar belakang sosialnya. Pada tahun 1900, semangat Tarekat dalam pemberian diri sebagai kurban bagi Gereja dan jiwa-jiwa, dimeteraikan dengan darah martir 7 FMM di Cina yaitu St. Hermin dan kawan-kawan , karena mempertahankan iman mereka, bersama ratusan awam, para Saudara Dina dan imam-iman lainnya.
2. Beata Maria Assunta Pallotta FMM
Lahir pada tanggal 20 Agustus 1878 di wilayah Marches di Italia, di Force, sebuah desa kecil yang terletak di atas bukit, Maria Assunta menjalani kehidupan sederhana dan miskin sebagai pekerja keras di lingkungannya dan keluarganya.
M. Assunta Pallotta lahir di Force pada tanggal 20 Agustus 1878. Pada tanggal 5 Mei 1898, ia masuk postulat fmm di Grottaferrata, mengambil jubah pada tanggal 9 Oktober tahun yang sama, mengucapkan kaul pertama pada tanggal 8 Desember 1900 di Roma dan mengikrarkan kaul kekal pada tanggal 13 Februari 1904 di Florence.
Pada tanggal 19 Maret tahun yang sama, ia berangkat ke Tiongkok dengan kapal Tong-eul-keu. Setahun kemudian, saat terjadi epidemi tifus, ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 7 April 1905. Tidak ada yang luar biasa tentang hidupnya, selain dari kenormalan yang dijalani dalam kasih, kesiapan untuk melayani, kesetiaan dan kegembiraan hidup. Jika ada sesuatu yang luar biasa dalam kehidupannya yang biasa-biasa saja, itu adalah bahwa ia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, tetapi selalu dan dalam setiap keadaan memberikan dirinya untuk orang lain.
Mukjizat
Ketika ia meninggal, aroma yang tak terlukiskan menyebar ke seluruh ruangan dan segera mencapai semua tempat di mana Suster Assunta berada, aroma yang menyebar bergelombang dan bertahan selama tiga hari. Orang-orang Tionghoa di misi itu segera memanggilnya “santa wewangian” dan rasa takjub akan keajaiban ini segera menyebar ke luar misi. Delapan tahun setelah kematiannya, pada bulan April 1913, jasadnya digali dan ditemukan utuh.
Pada tahun 1923, beatifikasinya diajukan, yang berpuncak pada beatifikasinya pada tanggal 7 November 1954 di Basilika Santo Petrus di Roma.
Tarekat aktif dan kontemplatif
Ibu Pendiri menghendaki corak hidup aktif dan kontemplatif bagi Tarekat. Semangat kontemplatif dan aktif ini menemukan sumber utamanya dalam perayaan Ekaristi dan Adorasi Ekaristi. Karena Kristus yang kita kontemplasikan mengutus kita kepada saudara-saudari yang dalam diri mereka kita temui kehadirannya yang tersembunyi. Dan saudara saudari itu mengutus kita kembali menghadap kristus dalam kontemplasi.
Santa Perawan Maria menginspirasi seluruh hidup para FMM untuk melanjutkan misi Kristus di dunia. Maria menghayati keheningan tersembunyi di Nazareth sekaligus memberikan dirinya secara total pada rencana Allah, dengan menyambut Yesus ke dalam dirinya dan memberikan-Nya kepada dunia. Kata “Ya” yang diucapkannya menginspirasi para FMM untuk terus menerus memberikan diri tanpa syarat kepada rencana Allah.

FMM INDONESIA
Tarekat FMM hadir di Indonesia pada tahun 1933 tepatnya di Rangkasbitung dan berkarya di rumah sakit Misi dibawah Vikariat Apostolik Sukabumi. Tarekat FMM diminta mengirim suster-suter untuk melayani dan bekerja di rumah sakit tersebut. Dengan menerima permintaan ini, menjadi langkah yang penting bagi Gereja di daerah muslim itu karena dengan kehadiran para suster ada kesempatan untuk para Pastor Fransiskan mulai berkarya disitu dengan menjadi pastor untuk rumah sakit dan para suster. Para suster melayani masyarakat yang pada umumnya adalah islam.
Setelah perang dunia ke-2, suatu masa penuh penderitaan, pengorbanan dan pencobaan, FMM kembali ke rumah sakit di Rangkasbitung. Selama masa perang, rumah sakit itu dijaga dan dipertahankan oleh Sr. Walderburga yang berasal dari Jerman bersama dua suster oblat OSU: Sr. Laeta dan Sr. Walburga. Sr. Nicasius kembali ke rumah sakit di Rangkasbitung pada tahun 1947, Sr. Maria Lunter dan Sr. Magdalena tahun 1949, kemudian Sr. Perpetuus dan Fregalda. Biara dan poliklinik dibangun kembali pada tahun 1951. Dua tahun kemudian, pemerintah Indonesia mengakui rumah sakit misi tersebut sebagai rumah sakit misi Lebak. Sr. M. Orens memulai Sekolah Pendidikan Keperawatan tahun 1967. Kemudian berturut-turut Sr. M. Tas Sema, Sr. Helen Miriam yang meneruskan pelayanan misi di Rangkasbitung.
Namun, FMM mengalami kekurangan suster-suster dalam bidang kesehatan sehingga tidak mungkin lagi menangani karya ini. Maka diadakan pengalihan pertanggung-jawaban dan administrasi rumah sakit dari suster FMM kepada kongregasi SFS (Suster-Suster Fransiskan dari Sukabumi) pada tahun 1981. Pada waktu itu Sr. Gerarda adalah Provinsial SFS dan Sr. Joan Bird, Provinsial FMM. Sr. Hildebrand dan Sr. Waldeburga yang baru tiga bulan berada di Rangkasbitung diminta untuk berangkat ke Bogor untuk menjejaki kemungkinan FMM mengurus sebuah panti asuhan anak-anak (Jeugdzorg) yang beralamat di Museumweg, sekarang Jl. Kantor Batu.

Pendirian Kanonik FMM di Bogor Tanggal 25 Juli 1933
Pada 7 November 1947, FMM resmi menempati gedung baru di Jl. Ir. H. Juanda No. 2 dengan karya pendidikan setelah karya panti asuhan ditutup, yang berpedoman pada nilai-nilai dari kharisma FMM. Melihat kebutuhan-kebutuhan yang ada maka biara-biara baru pun mulai dibangun. Tahun 1952, dibuka rumah baru di Jakarta dan Jambi (Sumatera), sedangkan tahun berikutnya komunitas di Tangerang pun dimulai. Tahun 1957 FMM memulai di Flores – Bajawa. Sejalan dengan bertambahnya usia, para suster dari berbagai bangsa mulai datang dan berkarya di Indonesia, sesuai dengan tujuan Kongregasi, yang internasional ini, yakni melayani Gereja baik lokal maupun universal. Novisiat pertama dibuka di Sindanglaya pada tahun 1960, komunitas di Soa – Bajawa tahun 1967, di Yogya tahun 1969, sedangkan komunitas di Tanah Tinggi dan Roxy tahun 1973.
Semakin banyak pemudi Indonesia yang tertarik untuk bergabung, dan mengingat pentingnya pembinaan untuk generasi muda penerus kongregasi, maka tahun 1975, novisiat dipindahkan dari Sindanglaya ke Jl. Pabaton–Bogor. Tahun 1978 dibuka komunitas di Pagal – Flores, dan menyusul komunitas Ruteng dan Yogya. Sampai saat ini FMM terlah berkarya di 6 keuskupan. FMM hadir untuk menjawab kebutuhan misi setempat.

Komunitas FMM di Indonesia Di 6 Keuskupan
- Keuskupan Sufragan Bogor – 3 Komunitas ( Bogor, Emaus, Serang)
- Keuskupan Agung Jakarta – 1 komunitas sekaligus Sektor House (Komunitas OLV Jakarta)
- Keuskupan Agung Ende – 3 Komunitas ( Watu Api, Soa dan Bajawa)
- Keuskupan Ruteng – 1 komunitas (Nazareth Pagal)
- Keuskupan Agung Palembang – 1 komunitas ( Di JAMBI)
- Keuskupan Agung Makassar – 1 komunitas ( Bau Bau Pulau Buton Sulawesi Tenggara
- Komunitas Immaculate conception, Bogor
Melalui Saudara OFM, FMM diminta mengambil alih karya sosial jeugdzorg dan sebuah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) milik Tarekat sekulir “Vrouwen Van Nazareth karena anggota-anggotanya telah merencanakan kembali ke Nederland Rumah pertama FMM berkarya di Buitenzorg, lokasinya di Museumweg (jalan kantor batu). Secara kanonik rumah ini didirikan pada tanggal 25 juli 1933 Para suster FMM Melayani karya dalam bidang Pendidikan Sekolah TK-SMA Regina Pacis Bogor Pelayanan Sosial pastoral.
2. Komunitas St. Adolphine, Serang
Didirikan pada tanggal 15 Juni 1940. Para Suster FMM mengawali karya pendidikan di Serang pada tahun 1938 atas permintaan dari Pater Pascalis Heitkonig, OFM. Dua suster diminta untuk membantu mengajar di Sekolah Dasar untuk anak-anak Belanda dan Tionghoa. Berawal dari 23 anak kelas I dan 33 anak TK, sekolah semakin berkembang dan jumlah murid semakin meningkat. Saat ini FMM melayani dalam bidang Pendidikan dan Sosial Pastoral di Paroki Kristus Raja Serang.
3. Komunitas Our Lady, Jakarta
Para suster FMM berkarya di Jakarta atas permohonan dari Mgr. Willekens SJ. Vikariat Apostolik Batavia. Tanggal 17 Mei 1952 biara Notre Dame des Victoires ditempati oleh suster FMM, juga dibangun Sekolah Internasional Regina Pacis mulai dibangun di Jl. Palmerah Utara 1 pada tahun 1963.
Sekolah Regina Pacis dengan bahasa Indonesia dimulai pada tahun 1956. Berikutnya adalah pembangunan Poliklinik BalKesmas Santa Maria pada tahun 1967. Suster FMM juga terlibat dalam kegiatan masyarakat misalnya menjadi menjadi ketua RT, pelayanan sosial Pastoral dan JPIC.
4. Komunitas Our Lady of Providence, Jambi
Biara dibangun pada 20 Oktober 1954. Karya Pelayanan para suster antara lain Rumah Sakit St. Theresia dan Sekolah TK-SD Xaverius 1. Kehadiran para suster juga melayani masyarakat yang sederhana, melayani umat yang berada di stasi yang tidak terjangkau oleh Paroki, serta terlibat dalam kegiatan Gereja, seperti mendampingi misdinar dan Orang Muda Katolik.
5. Komunitas Our Lady of Lourdes, Bajawa.
Didirikan pada tahun 1963. Sr. Yasintha adalah misionaris yang berprofesi sebagai dokter. Ia memulai karya pelayanan kesehatan kepada masyarakat di kabupaten Ngada & Manggarai. Pada tahun 1976 para suster FMM membangun asrama puteri untuk menanggapi kebutuhan para siswa yang datang dari luar kota Bajawa. Jumlah anak-anak asrama putri terus meningkat setiap tahunnya. Secara rutin para suster menyiapkan berbagai kegiatan rohani untuk mendampingi dan memelihara iman para siswa yang tinggal di asrama. Kemudian TK Regina Pacis pun dibangun dan sampai saat ini tetap berjalan
6. Komunitas St. Francis, Soa
Tahun 1964 adalah awal keberadaan FMM di Soa atas permintaan Mgr. Donatum Djagom, SVD. FMM hadir untuk memperhatikan kesehatan umat Soa. Awalnya para suster datang dari Bajawa ke Soa selama dua hari dalam seminggu. Tahun 1967 biara dibangun dan 2 suster FMM menetap di Soa dan memiliki sarana kesehatan sendiri. Saat ini para suster FMM di komunitas Soa aktif dalam karya pastoral di tengah umat dan terlibat dalam karya sosial seperti membantu korban bencana, mengunjungi lansia dan orang sakit.
7. Komunitas Nazareth Pagal, Flores
Pagal terletak di Kabupaten Manggarai, kecamatan Cibal. Daerah ini masuk dalam Paroki Kristus Raja Pagal, Dekenat Reo, kurang lebih 20 km dari kota Ruteng. Cita-cita FMM di Pagal ialah kehadiran di tengah-tengah umat dan melayani dalam kesederhanaan dan sukacita Fransiskan.
Pelayanan FMM di Pagal dimulai sejak tanggal 16 Juli 1978. Saat ini para suster juga mengelola asrama putri St. Clara.
8. Komunitas Bethlehem Watuapi, Flores
Pada Sabtu, 21 Februari 2015, Pastor Paroki Wekaseko, Pastor Gregorius Ayunus Usman, bersama umat stasi Watu Api siap menyambut kehadiran para Suster FMM yang akan mulai berkomunitas di sana dengan upacara adat. Tujuan kehadiran FMM ialah meningkatkan iman umat dengan pelayanan pastoral dalam kelompok kategorial, pemberdayaan perempuan dan sosial. Dalam pelayanan liturgi para suster mendampingi petugas liturgi untuk hari Minggu, mendekor gereja, mengunjungi dan membawa komuni untuk orang sakit dan lansia, memberdayakan perempuan dengan melatih mengolah makanan dari bahan lokal, pertanian organik dan kursus menjahit.
9. Komunitas Marie de la Passion Bau Bau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara
Sejak tanggal 7 November 2014, suster-suster FMM hadir di Baubau untuk menjawab kebutuhan Gereja lokal untuk menangani dan melanjutkan karya pendidikan Katolik. Sekolah St. Paulus Baubau yang sebelumnya dikelola oleh Paroki St. Paulus, sejak tahun 2017 menjadi Sekolah Regina Pacis Baubau. FMM menjadi Tarekat biarawati pertama yang hadir di Baubau. Melalui karya pendidikan berupaya untuk menghadirkan wajah Kristus di tengah warga yang mayoritas muslim dan memberikan pendidikan katolik yang berkualitas bagi para siswa.
10. Komunitas Pra Novisiat, Emaus
Awalnya merupakan rumah pembinaan untuk Novis FMM. Tahun 1975 rumah Novisiat yang semula di daerah Sindanglaya, Cipanas dipindah ke Jl. Pabaton No. 42 Bogor dengan nama Novisiat Emaus. Mulai tahun 2023 pembinaan untuk para novis disatukan di FMM International Novitiate di Tagaytay Philippines, rumah ini kemudian dialihfungsikan untuk rumah pembinaan Pranovis FMM. Di rumah ini, para postulan/pranovis menjalani pembinaan awal sebagai religious FMM. Para postulan selain menjalani pembinaan, juga aktif bersama para suster dalam hidup menggereja di Paroki dan Keuskupan.
Pada tahun 2027 yang akan datang, Tarekat Fransiskan Misionaris Maria akan merayakan 150 tahun berdirinya Tarekat. Ibu Pendiri FMM, Beata Marie de la Passion pernah berkata, “Jika Tarekat ini karyaku, ia akan mati bersamaku, namun jika Tarekat adalah karya Tuhan, ia akan tetap hidup.” Keberadaan Tarekat hingga saat ini membuktikan bahwa Tarekat ini adalah sungguh karya Tuhan. Suster-suster FMM yang saat ini tersebar di 71 negara di lima benua berjalan dan berjuang bersama untuk melanjutkan misi yang diwariskan oleh Marie de la Passion, yakni menghadirkan Yesus bagi dunia dan sesama.
Media sosial Tarekat Fransiskan Misionaris Maria: